You want it, work for it
Seekor burung kecil pernah berkata, berusaha menjadi ibu yang baik itu bukan berarti harus selalu berada di samping si kecil. Tapi, dengan menjadi sensitif akan setiap perkembangannya.
Hehehe, ibu-ibu yang bekerja boleh lega dengernya. Ya kan, ya kan, ya kan? *big grin*
Beberapa hari yang lalu, aku nemuin gambarnya Titan yang ini. Entah kenapa, rasanya beda ngeliat gambar yang satu ini. Dia emang
selalu gambar macem-macem, tapi yang ini kayanya spesial karena ada tulisannya
dan ada keinginginan yang tersirat di dalam tulisan itu.
“Gerobak bubur punya Titan soalnya Titan pengen
punya uang.”
Aku senyum-senyum sendiri ngeliatnya. Dalam hati lega
juga, kayanya diem-diem anak ini mulai ngerti konsep usaha. Kalau mau sesuatu,
ya harus usaha. Kalau mau dianalisa lebih dalam lagi, anak ini mulai ngerti
konsep uang sebagai alat tukar untuk memenuhi keinginannya. Darimana datangnya
uang, ya tentu dengan bekerja. Dalam gambar ini, ya dengan jadi tukang bubur.
Burung kecil yang lain lagi pernah berkata, ngajarin
anak itu memang lebih mudah kalau memang sudah waktunya. Kapan? Ya saat mereka
sudah siap.
Nah, being a paranoid mom to prepare my kids to be
ready for their future (yeah, I always do), kayanya sekarang Titan udah siap
untuk mulai diajarin managemen keuangan. Pas banget dengan tema term 4 di
sekolahnya, dimana akan ada yang namanya Bussiness Day.
Keluar dari tema gambar di atas, Bussiness Day ini
adalah kegiatan di akhir term di High Scope dimana anak-anak dari kelas play
group sampai kelas tertua, belajar berbisnis. Setiap kelas harus bisa berhasil
merembukkan barang apa yang akan mereka jual lalu mereka harus membuat proposal
untuk mendapatkan modal dari sekolah. Kemudian pada hari H, akan ada bazaar
dimana orang tua akan datang dan melihat-lihat. Tentunya, dianjurkan untuk
membeli. Setiap anak akan berbagi tugas mulai dari keliling nyebar leaflet,
jadi kasir, jadi penjual, … aku udah ngebayangin pasti lucu banget beli
jualanan anak-anak TK yang bisa dibohongin hahahaha. It happened, tahun lalu
ada kelas yang merugi karena salah kasih kembalian atau uang berceceran
kemana-mana J
Kembali ke topik, no wonder Titan lagi senang main
jualan-jualanan di rumah. Dulu, aku juga sering ngajak dia main jualan-jualanan
kaya ini. Malah dengan usaha yang lebih, pake troli-troli an dari kursi beroda,
bikin uang-uangan dan setiap barang dilabelin harga. Tapi dulu Titan cuma seneng milih
barang-barangnya dan males banget kalo disuruh ngitung.
Sekarang, dia yang lebih banyak usaha. Dia yang
bikin stall berdasar kategori. Dia juga yang bikin uang-uangannya pake pake
kertas digunting-gunting. Dan kalau biasanya dia yang jadi pembeli, sekarang
dia lebih suka jadi penjual dan ngitung uangnya.
Dulu, temanku, seorang Financial Planner, pernah
ngajarin aku gimana cara sederhana ngajarin anak prinsip-prinsip memanage uang.
Kita semua pasti diajarin gimana caranya supaya pintar nyari uang. Tapi banyak
yang lupa gimana caranya ngajarin belanja yang pintar.
Pada prinsipnya, anak (baca: kita) bisa memiliki apa
aja. Tapi enggak semuanya harus sekarang. Karena itu, mereka (juga kita) harus
mengenal mana yang jadi prioritas utama atau cuma sekedar buat ngelengkapin aja.
Caranya ternyata simpel.
Pertama, kalo kita ke supermarket dan ngajak mereka,
biasain dengan memisahkan troli atau keranjang belanja kita dan mereka.
Ke dua, bekali mereka dengan uang belanja untuk
kebutuhan mereka secukupnya. Ke tiga, biarkan mereka belanja sepuasnya.
Ke empat, biarkan mereka membayar di kasir yang
berbeda tapi tetap diawasi. Biasanya sih, mereka akan belanja kebanyakan. Jadi,
biarkan mereka memilah sendiri di kasir mana barang yang bener-bener mereka
butuh / mau yang cukup dengan uang yang mereka punya dan jangan lupa ajarin
untuk ngembaliin kembali ke raknya (Catatan: emaknya gak boleh gak tega ya
dengan ngasih tambahan uang!)
Hmmmm, I think my satellite is ready for the first
lesson.
Setelah tahap pertama ini, temenku itu pun lalu
melanjutkan. Kalau anak-anak sudah terbiasa untuk memilih prioritas, ajarin
mereka untuk selalu bikin catatan setiap kali kita mau ajak mereka belanja ke
supermarket. Dari situ, kita bisa mengira-kira berapa dana yang mereka butuhkan
dan apakah mereka bisa berkomitmen dengan plan mereka. Well, ya mereka harus
bisa sih. Karena dari situ baru bisa melangkah ke tahap ke tiga.
Di tahap ke tiga ini, anak-anak mulai bisa dikasih
uang jajan mingguan. Yang tentunya enggak besar ya. Tujuannya adalah untuk ngebiasain
mereka untuk nge-set plan jangka panjang dimana mereka harus bisa ngumpulin
dana dalam waktu yang nggak sebentar. Di dalam tahap ini, tentu bisa dimodif
gimana caranya supaya uang yang mereka kumpulkan bisa berputar lebih cepat dan
menghasilkan lebih banyak.
“Tenang, ini bukan kerjaan 1 -2 taun kok.” Kata
temenku itu. “It’s a lifetime journey, Wuy!” Katanya.
Ya, tapi kan langkah awal itu selalu langkah yang
terberat. But this is life. You want it, work for it! I grew with the term, and
so I will do it to my kids as well.
Comments
Post a Comment