First time blogging

Dulu, suka sebel kalau ada yang bilang kenapa Titan belum bisa baca di umur 4 tahun.
Padahal kalau di Inggris, ngajarin baca tulis sebelum umur 5 tahun itu hukumnya haram.

Sekarang, ternyata setelah anak bisa baca tulis, rasanya seneng banget.
Karena dia jadi bisa lebih ekspresif seperti misalnya nulis I love you Bunda, nulis Hati-hati di jalan, nulis I want to be your dad, dan banyak lagi.
Bisa baca sendiri, jadi bisa gantian dia yang bacain bed time stories.

Tentu aja perjuangan mengajar baca-tulis itu panjang. Karena memang aku nggak mau maksain anak. Bagaimanapun, apa yang nantinya dia baca dan tulis, itu jauh lebih penting daripada skill untuk baca dan nulis itu sendiri.

Untuk kasusnya titan, karena dia sukanya mobil, aku memperkenalkan huruf mulai dari logo-logo mobil seperti VW, Suzuki, Chevrolet, pokoknya logo yang bentuknya font type deh. Semua itu aku print dan aku tempel di dinding. OH YES, masa-masa itu adalah masa-masa dinding rumah penuh tempelan huruf :)

Aku nempelnya secara acak, dengan tujuan supaya dia nggak cuma menghafal seperti lagu ABCD. Aku juga nggak tiap hari maksa dia baca. Kalau lagi sempet, aku ajak Titan balap lari untuk nge-tag huruf-huruf tersebut secara acak. Intinya sih, supaya matanya terbiasa terekspos huruf-huruf itu.

Intinya emang konsistensi sih. Karena emaknya tidak konsisten begini, perjuangannya terasa agak lama hahaha.... Sampai akhirnya dia sekolah dan mulai belajar phonics. Nah, menurutku metode phonics itu paling enak buat ngajarin anak belajar baca. Karena metode itu ngajarin mengenal suara huruf dan bukan ngajarin nama huruf. Jadi saat digabung menjadi sebuah kata, udah nggak bingung lagi. Tingkatan katanya juga bertahap mulai dari yang paling sederhana dari ba, bi, bu atau big, bin, boss, sampai yang  kompleks tulisannya apa, bacanya beda lagi hehehehe

Time flies, tiba-tiba dia udah bisa baca aja. Tentunya karena sekolahnya bilingual, dia lebih dulu bisa baca bahasa inggris yang sederhana. Tapi ternyata hal itu nggak menghalangi dia untuk berbahasa indonesia. Jujur saat itu aku sempet khawatir sama perkembangan bahasa indonesianya. Tapi ternyata ya, bahasa ibu memang nggak akan pernah hilang dan selalu bisa tumbuh. There is no way a kid who lives in Indonesia cannot speak Indonesian. Itu karena orang tuanya nggak membiasakan aja. Kalau aku sih tipe emak-emak yang ngejejelin semuanya selama dia mau. Selain buku-buku bahasa inggris, enggak ada salahnya sodorin juga koran kalau memang ingin bahasa indonesianya lebih bagus daripada sinetron. Will he think of politics or economy when he reads the newspaper? No he won’t. At least for now. He will only learn new words that might sound strange to him such as Katulampa, wafat, and other words we rarely speak in daily life. And those words, hopefully, would stay in his mind which someday he would recall.

Buktinya malam ini. Dimana Titan belajar blogging untuk pertama kalinya.
Nah, ekspresinya keluar dalam bahasa indonesia tuh :)




Comments

Popular Posts